Oleh : IMMawan Arif Miftah (Sekretaris Bid. Riset dan Pengembangan Keilmuan)
Sejarah memberikan sebuah bukti mengenai fakta politik di
masa lampau. Yang mana peran civil society
(organisasi-organisasi mahasiswa, organisasi masyarakat, dll)
sangat signifikan dalam perkembangan sistem politik indonesia
kala itu, yang
secara kontinue terus bejalan mengikuti tuntutan zaman. Kembali
melihat masa
lalu sesaat
sebelum
indonesia
merdeka. Disini dapat kita lihat
dengan jelas peran serta mahasiawa pada khususnya, mereka sebagai agen
perubahan atau bisa disebut dengan motor penggerak yang turut berperan aktif
dalam pencapaian
kemerdekaan
bangsa indonesia yang berdaulat
adil dan
makmur.
Gerakan pertama yang menjadi pelopor penggerak mahasiwa pertama kali
adalah Boedi Oetomo (1908).
Setelah Boedi Oetomo muncul lalu di tahun-tahun
berikutnya di ikuti
munculnya gerakan-gerakan nasional seperti, Sarikat Islam,
Muhammadiyah,
NU, PKI, dan lain lain. Selain itu juga dibarengi organisasi mahasiswa lainnya seperti Jong Java, Jong Sumatra Bond, Jong Ambon, dan lain-lain.
Kembali ke masa menjelang
kemerdekaan, disini peran mahasiswa sebangai motor penggerak kemerdekaan indonesia
sangat terlihat. Hal itu ditandai dengan
adanya percepatan kemerdekaan yang
di tuntut oleh mahasiswa yakni terkenal
dengan istilah Golongan Muda, yang terdiri dari Sutan
Syahrir, Chairul Shaleh,
Wikana, dan kawan kawannya. Golongan muda
menuntut Soekarno-Hatta agar dipercepatnya prosesi proklamasi, karena
waktu itu indonesia dalam keadaaan Vacum Of Power. Penculikan Soekarno-Hatta ke
Rengasdengklok merupakan
perbuatan radikal yang kala itu dilakukan oleh golongan muda dalam rangka
mempercepat proklamasi. Pasca
proklamasi terjadi peralihan sistem politik, dari seitem
politik
kolonial beralih ke sistem politik
negara merdeka.
Pergerakan mahasiswa
tidak hanya berhenti sampai di era ini saja. Memasuki
dan
berjalannya kepemimpinan Soekarno
selama 22 tahun (Orde Lama). Disini
terjadilah peristiwa gerakan mahasiswa 1966, peristiwa tersebut merupakan penggulingan kepemimpinan Soekarno,
dan
beralih ke kepemimpinan Soeharto
pada tanggal 20/02/1967. Secara singkat peristiwa gerakan mahasiswa
1966 (angkatan 66) yaitu terkait tuntutan mahasiswa terhadap Soekarno dengan
mencetuskan TRITURA,
hal terparah
yang terjadi
saat
itu adalah
keadaan ekonomi indonesia
yang mengalami inflasi yang sangat tinggi, harga harga melambung tinggi
hingga banyak
warga
yang kelaparan.
Mahasiswa
terus bergerak hingga Soeharto lengser. Disini
pula terjadi peralihan sistem
pemerintahan yang
semula Sistem
Demokrasi Terpimpim
(Orde Lama) menjadi Sistem Demokrasi Pancasila (Orde Baru). Jika di lihat dari kasus yang pertama
hingga kedua, antara mahasiswa dengan sistem politik sangan erat kaitannya, peran mahasiswa secara langsung
dalam menanggapi sistem pemerintahan sangat
terlihat. Ketidak cocokan sistem pemerintahan kala
itu
direspon dengan baik oleh
mahasiswa.
Memasuki Rezim Soeharto, tak beda dengan apa yang terjadi pada masa- masa sebelumnya. Sistem Demokrasi Pancasila yang
digunakan oleh Soeharto dalam pelaksanaan perpolitikan indonesia
kala itu juga menuai kontroversi dari
kalangan mahasiswa.
Sistem Demokrasi
Pancasila berjalan
secara prosedural,
tetapi nilai-nilai demokrasi didalamnya dinomor duakan.
Sebagai contoh pemilihan anggota DPR yang harusnya dipilih melalui pemilu, dalam periode ini
sangat bertolak belakang. Yakni anggota DPR dipilih oleh presiden dari unsur TNI/POLRI (nepotisme). Selain itu cara kepemimpinan Soeharto sangat dinilai otoriter, segala
sesuatu di buat dan ditentukan oleh presiden (sentralistik).
Kediktatoran dan meraknya korupsi
kala itu
menggugah
mahasiswa bersama
rakyat
untuk bergerak. Hingga akhirnya terjadilah peristiwa 1998, dan berhasil
memprakarsai lengsernya kepemimpinan
Soeharto.
Perubahan sistem politik
terjadi secara terus menerus kala itu yakni dari
sebelum indonesia
merdeka hingga saat kemepimpinan Soeharto, yang secara tidak langsung
dimotori oleh golongan civil society (termasuk mahasiswa, organisasi-organisasi,
rakyat, dan lainnya). Civil society
merupakan asset bangsa
yang sangat penting. Civil society atau dapat disamakan dengan infrastruktur
masyarakat akan semakin baik dari tahun ke tahun, jika agen-agen infrastruktur yang ada, di kembangkan dan di selimuti dengan moral yang
baik pula. Karena wajah-wajah infrastruktur masa
kini menentukan wajah-wajah suprastruktur di masa yang akan datang. Rusaknya karakter suprastruktur
masa kini di latar belakangi oleh buruknya
infrastrukur
dalam masyarakat di waktu sebelumnya. Maka dari itu guna membangun generasi suprastruktur di masa mendatang
maka, perlu di adakannya
pembinaan infrastruktur masyarakat, agar lebih
gagah dalam
menanggapi atau merespon sistem politik yang
dijalankan dan tidak tertekan oleh
rezim politik yang sedang berkuasa. Jika pengekangan potensi
civil society seperti masa
orde baru terulang kembali, jelas sekali akan memberi dampak buruk kehidupan
negara dimasa mendatang.
Munculnya gerakan mahasiswa dilatar belakangi oleh kepekaan mahasiswa
terhadap lingkungan terutama menganai masalah-masalah kemasyarakatakan,
sehingga mendorong untuk melakukan perubahan. Hal
tersebut
dapat terjadi
karena mahasiswa memperoleh pendidikan terbaik. Artinya memiliki pendidikan lebih
tinggi ketimbang jajaran seumuran yang
lain,
dari sini mahasiswa memiliki
pandangan yang luas untuk bergerak di antara semua lapisan masyarakat. Selain itu mahasiswa juga mengalami proses soaialisasi
politik terpanjang
dan
terarah di bandingkan dengan golongan muda lainnya. Sehingga dapat membaca segala keadaan yang
saat
ini sedang terjadi di sekitarnya, dan yakin untuk
melakukan
apa
yang semestinya dilakukan, jika dikaitkan
dengan pembahasan di atas, kata
keadaan disini memiliki makna yang tidak jauh dari sitem politik yang sedang berjalan.
0 Komentar
Silakan berkomentar, komentar yang tidak sesuai dengan postingan akan di hapus.