Apakah kamu pernah merasakan saat temanmu bercerita apa yang terjadi dengannya kemarin? Atau saat dosen menjelaskan di depan kelas namun kamu tidak bisa mendengarnya sama sekali? Sebab dalam otakmu terdapat banyak sekali pemikiran dan pertanyaan yang mengganggumu untuk sadar apa yang sedang mereka bicarakan, dan kamu berpikir apa ya arti sejati dalam hidup? Apa yang sebenarnya penting dalam hidup? Apakah kita hidup hanya untuk beribadah lalu mati, bagaimana cara menjalani hidup dengan lebih bermakna?
Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas berbagai aliran filosofi yang mungkin resonan dengan diri kita yang dapat membantu untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna.
Stoikisme
“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku”
– Umar bin Khattab
Kita mulai dari salah satu filosofi hidup paling terkenal akhir-akhir ini karena dianggap relevan dengan berbagai orang dengan latar belakang yang berbeda, hal ini tentu tidak lepas dari fakta sejarah bahwa pendiri filosofi stoikisme ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda seperti Epictetus yang merupakan seorang budak, Marcus Aurelius yang merupakan Kaisar Roma, Seneca yang merupakan seorang penulis, Stoikisme mengajarkan suatu cara hidup yang berfokus pada pencapaian kebahagiaan dan ketenangan batin melalui pengendalian diri dan kesadaran akan alam semesta. Namun bagaimana sih untuk bisa mencapai hal tersebut?
Menurut para stoic ada beberapa hal yang menjadi konsep dasar untuk membangun kerangka filosofinya
Kendali diri
Stoik mengajarkan bahwa kita harus memiliki kendali penuh atas emosi, tindakan, dan reaksi kita terhadap situasi para stoic percaya bahwa kendali diri adalah kunci untuk mencapai kedamaian dalam hidup. Stoikisme mengajarkan kepada kita untuk membedakan hal apa yang bisa kita kontrol dan hal apa yang tidak bisa kita kontrol, hal yang dapat kita kontrol adalah dari faktor internal diri kita sendiri yaitu pikiran, emosi, perasaan, dan tindakan, lalu hal yang tidak dapat kita kontrol adalah dari faktor eksternal diri seperti orang lain, contohnya saat orang lain berucap buruk kepada kita, kita tidak bisa mengontrol pemikiran dan ucapan yang dia lontarkan, namun kita bisa mengontrol bagaimana reaksi dan emosi kita tentang kejadian itu, dan menurut stoik kita harus fokus dengan apa yang bisa kita kontrol karena kita hanya bisa melakukan hal tersebut.
Penerimaan takdir
Stoik mengajarkan bahwa kita harus menerima apapun yang tidak dapat kita ubah dalam hidup sebagai bagian dari takdir semua takdir harus diterima baik itu yang membahagiakan maupun yang mengakibatkan penderitaan seperti kegagalan, dengan ini kita bisa menerima kegagalan sebagai suatu hal yang normal dan menggunakannya sebagai pengalaman untuk memperbaiki diri lalu menggunakannya sebagai pengalaman untuk tumbuh dan memperkuat ketahanan mental, daripada menghabiskan waktu untuk menangisi kegagalan.
Tidak bergantung pada harta atau materi
Menurut para stoic bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada harta atau materi, namun pada moralitas maupun kualitas karakter, karena harta tidak hanya mengambil ruang fisik dalam dunia kita namun pikiran kita juga karena harus memikirkan bagaimana melindungi harta tersebut dan bagaimana menggunakan harta atau materi tersebut.
Hedonisme
“Tranquility dan rationality are the cornerstones of happiness”
“Ketenangan dan rasionalitas adalah landasan kebahagiaan”
-Epicurus
Perilaku hedon cenderung dianggap suatu hal yang negatif karena dianggap hanya menghabiskan waktu, harta, dan materi untuk mencari kesenangan sesaat sehingga dapat menjebak seseorang untuk mencari kesenangan dan kenikmatan terus menerus, namun sebenarnya apa hedonisme itu?
Hedonisme merupakan salah satu pemikiran filosofis yang mengusung ide bahwa kebahagiaan adalah tujuan utama dalam hidup, sehingga seseorang dianjurkan untuk mencari kesenangan dan kebahagiaan sebagai fokus utama dalam hidup mereka. Menurut para penganut hedonisme ada beberapa hal yang menjadi konsep dasar untuk membangun kerangka filosofinya:
Kebahagiaan sebagai tujuan utama
Hedonisme menganggap bahwa mencapai kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan adalah sebagai nilai tertinggi dan tujuan dalam hidup.
Pleasure principle (prinsip kesenangan)
Ini berarti bahwa seseorang harus mengejar tindakan serta pengalaman yang memberikan kesenangan dan menghindari tindakan serta pengalaman yang tidak menyenangkan atau menyebabkan rasa sakit.
Kesenangan berkelanjutan
Artinya seseorang harus mencari cara untuk menjaga serta memperpanjang pengalaman positif agar terus berlanjut.
Kemajuan personal
Hedonisme tidak hanya menghabiskan waktu, harta, materi saja untuk mencari kesenangan namun perkembangan personal dan pencapaian pribadi untuk sukses juga merupakan sumber kebahagiaan.
Dari beberapa kerangka pemikiran tersebut tentu seperti yang diungkapkan pada awal tadi kritik terhadap hedonisme adalah terlalu fokus dalam mencari kesenangan fisik dan kenikmatan jangka pendek yang seringkali terlalu beresiko karena akan menjebak kita dalam lingkaran untuk mencari kesenangan dan kenikmatan terus menerus.
Namun terdapat cabang hedonisme yang memiliki pendekatan yang relatif lebih baik yang dicetuskan oleh Epicurus yaitu hedonisme epikureanisme yang lebih berfokus pada kebahagiaan yang bijaksana dan bersifat jangka panjang, filosofi ini lebih menekankan untuk mencari kebahagiaan yang sederhana dan bijaksana, seperti menikmati embun pagi yang sejuk, menikmati musik yang menenangkan, lalu menikmati langit sore yang indah,
Maka dari itu dengan memperdalam filosofi ini maka kita akan lebih paham bagaimana mencari kebahagiaan tidak hanya tentang membeli barang yang mewah, pergi ke cafe yang terkenal dan mahal, lalu menghabiskan waktu untuk liburan ke tempat yang menyenangkan terus menerus, namun mencari kebahagiaan juga dapat dengan hal yang bersifat jangka panjang seperti membangun relasi dengan orang positif dan mengejar passion yang sejalan dengan minat, selain itu cara menghindari rasa sakit dan mental juga bisa dengan cara menjaga kesehatan dan membangun pola hidup yang teratur.
Nihilisme
Apakah kamu pernah merasa bahwa hidup ini tidak ada tujuan? Apakah kamu pernah merasa bahwa hidup ini tidak memiliki arti? Pernah berpikiran bahwa agama dan ibadah yang kita jalani hanya formalitas untuk mendapatkan tiket menuju surga?
Nihilisme merupakan pandangan filosofis yang mempercayai bahwa kehidupan tidak memiliki makna atau tujuan yang jelas, tidak ada pandangan moral, prinisp, nilai, sosial ,dan agama yang memiliki dasar objektif yang kuat. Menurut para penganut nihilisme ada beberapa hal yang menjadi konsep dasar untuk membangun kerangka filosofinya :
Ketiadaan makna objektif
Nihilisme menolak gagasan bahwa terdapat tujuan yang melekat dalam kehidupan manusia moral, nilai dan agama hanya dipandang sebagai konstruksi dari pemikiran manusia tanpa dasar objektif.
Ketiadaan nilai moral absolut
Berarti bahwa nilai-nilai moral tidak memiliki dasar yang kuat atau absolut, seperti konsep baik dan buruk adalah konvensi sosial yang dapat bervariasi dari setiap budaya yang ada di dunia.
Ketiadaan tujuan hidup
Nihilisme menggambarkan bahwa kehidupan adalah serangkaian kejadian acak tanpa tujuan yang jelas.
Dalam konsep nihilisme diatas maka orang yang menganut aliran nihilisme dapat menjadikan hal ini menjadi dasar untuk memahami dunia dan eksistensi mereka, ini bisa mengarah pada perubahan dalam cara mereka memandang dan menjalani kehidupan mereka karena sebelumnya dunia yang berisi pandangan, prinsip, moral adalah suatu konvensi sosial yang tercipta dari pemikiran orang lain, selain itu kehidupan yang tidak memiliki tujuan yang jelas dan mereka menerima kenyataan ini lalu melepaskan harapan akan makna objektif yang mungkin tidak ada sehingga mereka menerimanya dan menghadapinya dengan ketenangan dan penerimaan, sehingga ini bisa menghasilkan perasaan kebebasan dari tekanan untuk mengejar makna eksternal. Nihilisme dapat membantu individu untuk memahami kejadian dalam hidup yang tidak pasti, Menurut Nietzsche kita harus menghadapi nihilisme terlebih dahulu sebelum berjalan kedepan, merasakan nihilisme penting untuk mencari tahu nilai yang dimiliki sebuah nilai, jika dianalogikan jika kamu menghancurkan rumahmu itu belum tentu membuatmu menjadi orang yang tidak punya rumah dan menjadi gelandangan namun bisa saja kamu membangun rumah yang lebih besar dan mewah dari sebelumnya, bagi sebagian orang nihilisme menjadi awal untuk memahami pemikiran filosofis lain untuk memberikan nilai hidup yang lebih bermakna
Eksistensialisme
“The meaning of life is to give life a meaning”
"Makna dari sebuah kehidupan adalah memberi kehidupan itu makna"
- Victor Frankl
Terdapat salah satu pemikiran filosofis yang muncul atas reaksi yang diberikan oleh nihilisme tentang perasaan kekosongan dan ketidakbermaknaan dari suatu makna kehidupan. Eksistensialisme adalah aliran filosofis yang menekankan eksistensi manusia sebagai individu yang unik untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang makna hidup, kebebasan dan tanggung jawab individu dalam sebuah dunia yang dianggapnya absurd.
Menurut para penganut eksistensialis ada beberapa hal yang menjadi konsep dasar untuk membangun kerangka filosofinya :
Manusia lahir tanpa memiliki esensi
Para eksistensialis beranggapan bahwa manusia pertama hidup di dunia tidak membawa esensi yang sudah ditentukan oleh Tuhan atau sifat manusia itu sendiri, namun manusia lahir lalu menciptakan makna atau tujuan dari hidup mereka melalui tindakan dan keputusan mereka sendiri.
Kebebasan individu
Para eksistensialis percaya bahwa kehidupan manusia secara inheren tidak memiliki makna namun harus menciptakan makna itu sendiri, kebebasan individu untuk membuat pilihan dan menentukan arah hidup mereka sendiri namun dengan kebebasan itu juga datang tanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka sendiri.
Menurut Jean Paul Sartre “manusia memiliki kebebasan mutlak” dan “kita adalah kebebasan”. Eksistensialisme mendorong kita untuk mencari makna dalam hidup mereka sendiri melalui pengalaman yang sudah pernah dialami, hubungan yang pernah dijalin dan pencapaian pribadi yang pernah diraih, kebebasan dan tanggung jawab. Setiap keputusan yang diambil harus mencerminkan nilai-nilai dan tujuan pribadi untuk menghadapi ketidakpastian dan kebetulan dalam hidup.
Absurdisme
“One must imagine Sisyphus happy”
“Seseorang harus membayangkan sisyphus bahagia”
- Albert Camus
Apakah kamu pernah membaca buku “The Myth 0f Sisyphus” karya Albert Camus yang menceritakan ada seorang raja yang dihukum oleh Dewa karena melanggar aturan mereka, hukumannya yaitu Sisyphus harus mendorong batu besar keatas bukit lalu digulingkan ke bawah, lalu didorong lagi kebawah keatas setiap hari untuk selama-lamanya. Ini hampir sama dengan rutinitas kita sehari-hari yang dilakukan tanpa tujuan dan makna yang jelas dari setiap kejadian itu tapi kita harus tetap melakukan hal tersebut.
Absurdisme adalah pandangan filosofis yang berpandangan bahwa upaya manusia untuk menemukan makna atau penjelasan rasional dalam alam semesta dan pada akhirnya gagal karena memang tidak ada makna seperti itu. Menurut absurdisme dalam sejarah manusia terus menerus mencari arti dalam hidup mereka lalu berujung pada dua jalan yaitu antara orang menyimpulkan bahwa hidup itu tidak memiliki makna atau arti, dan beberapa orang mencoba mengisi kekosongan dengan kuasa yang lebih besar seperti kepercayaan atau agama. Absurdisme menganggap bahwa pencarian makna dan tujuan hidup adalah hal yang sia-sia absurdisme menganggap dunia dan kejadian didalamnya sebagai suatu hal yang absurd atau tanpa logika yang jelas seperti ketidakpastian dalam eksistensi manusia.
Menurut Albert Camus, ada 3 solusi untuk menghadapi keabsurdan dunia ini
Bunuh diri karena tanpa adanya makna dalam dunia yang absurd ini apa gunanya untuk terus hidup namun solusi ini tidak disukai oleh Camus karena hanya menghindari permasalahan dan tidak menyelesaikannya.
Menciptakan makna bagi diri sendiri seperti para eksistensialis atau mengikuti makna yang sudah diciptakan oleh sosial dan budaya yang ada namun Camus juga tidak suka dengan hal ini karena membunuh rasionalitas yang dimiliki.
Yang ketiga adalah satu-satunya solusi yang disukai oleh Albert Camus yaitu dengan menerima keabsurdan dunia yaitu dunia yang tidak memiliki arti namun terus memberontak setiap harinya dengan menjalani kehidupan dengan senang hati meskipun hidup tidak berarti namun terus dijalani,
Dalam bukunya Albert Camus menutup dengan kalimat “Bayangkanlah jika Sisyphus bahagia”
Mungkin dari berbagai aliran filosofis tersebut kita telah memahami mengenai berbagai pandangan mengenai makna hidup, moralitas, dan kebahagiaan dari stoikisme untuk mencari ketenangan dan pengendalian diri dalam hidup, hedonisme yang mencari kesenangan pribadi, hedonisme yang menanyakan makna hidup itu sendiri, eksistensialisme yang menciptakan makna untuk diri sendiri, sampai absurdisme yang menerima bahwa hidup adalah sesuatu yang absurd dan menerimanya dengan senang hati. Namun perlu diingat berbagai pandangan filosofis yang kita pelajari dalam kesempatan ini masih bersifat cukup dangkal dan perlu dipelajari lebih mendalam untuk lebih mengerti nilai-nilai apa saja yang resonan dengan nilai-nilai yang kita anut. Dunia filosofi merupakan ladang pengetahuan yang luas dan setiap pandangan memiliki nilai dan relevansinya masing-masing dan tidak ada pandangan yang cocok dengan satu untuk semua.
Pemikiran filosofis hanyalah alat untuk memahami dunia dan diri kita dengan lebih baik. Tidak ada yang salah dan benar dari berbagai pandangan tersebut yang terpenting kita harus terus berpikir, merenung, belajar, berkembang, dan meningkatkan kualitas kita sebagai individu.
Bidang Organisasi PK IMM Ki Bagus Hadikusumo UNS 2024
0 Komentar
Silakan berkomentar, komentar yang tidak sesuai dengan postingan akan di hapus.