Agama Jawa, antara Budaya dan Spiritualitas


        "Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa" adalah sebuah karya terkenal oleh antropolog Clifford Geertz yang diterbitkan pada tahun 1960. Buku ini mendalami kehidupan agama di Jawa, Indonesia, dengan fokus pada tiga kelompok utama: abangan (yang terkait dengan tradisi Jawa primitif), santri (yang terlibat dalam Islam ortodoks), dan priyayi (kelas elite Jawa). Geertz menggambarkan bagaimana agama mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya di Jawa, dan bagaimana berbagai kelompok tersebut mempraktikkan agama mereka dengan cara yang berbeda. Pembahasan mengenai tiga hal tersebut diuraikan dalam tabel berikut:


Kelompok

Pengertian

Ciri khas

Tradisi

Abangan

Kelompok masyarakat Jawa yang mempraktikkan agama Jawa tradisional, tetapi dalam bentuk yang lebih longgar dan tidak terikat pada aturan-aturan yang ketat.

Memiliki nilai toleransi yang fleksibel terhadap variasi dalam praktik keagamaan, pemahaman yang fleksibel terhadap konsep agama, dan kecenderungan untuk memadukan unsur-unsur agama yang berbeda. Mereka juga sering menunjukkan ketertarikan pada aspek spiritualitas, mistisisme, dan kepercayaan lokal.

Praktik-praktik keagamaan yang beragam, seperti perayaan hari-hari suci dalam tradisi Jawa, ritual-ritual yang melibatkan dukun, dan penghormatan terhadap leluhur. Mereka juga sering memadukan unsur-unsur agama Hindu-Buddha dalam upacara-upacara keagamaan mereka, seperti penggunaan simbol-simbol atau mantra-mantra yang berasal dari tradisi Hindu-Buddha.

Santri

Kelompok masyarakat Jawa yang mengikuti ajaran Islam secara lebih ketat dan konservatif. Mereka sering kali menghadiri pesantren (sekolah agama Islam) untuk mempelajari Al-Quran, hadis, dan ajaran Islam lainnya.

Memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap ajaran Islam, termasuk praktik-praktik ritual keagamaan seperti shalat lima waktu, puasa Ramadan, dan pembacaan Al-Quran. Mereka juga cenderung mematuhi hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam hal makanan halal dan larangan minuman keras.

Tradisi kelompok santri mencakup partisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan, termasuk pengajian, kajian kitab suci, dan perayaan-perayaan agama Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Mereka juga memegang teguh nilai-nilai seperti kesederhanaan, ketekunan dalam ibadah, dan pentingnya ilmu pengetahuan agama.

Priyayi

Kelompok elit Jawa yang terdiri dari bangsawan, pejabat pemerintah, dan orang-orang terpelajar. Mereka memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan formal, kekayaan, dan kekuasaan politik.

Memiliki kekuatan politik dan ekonomi yang mereka miliki, serta pengetahuan yang luas tentang budaya Jawa dan tradisi agama. Mereka sering menjadi pemimpin lokal atau regional dan memiliki pengaruh besar dalam keputusan politik dan sosial.

Tradisi kelompok priyayi mencakup partisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat formal, seperti upacara adat dan perayaan hari-hari suci. Mereka juga sering menjadi pelindung seni dan budaya tradisional Jawa, serta memainkan peran penting dalam mempertahankan dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan dan kebudayaan kepada generasi berikutnya.

Kelompok abangan memandang agama bukan hanya soal kepercayaan, tetapi juga tentang praktik sosial dan budaya yang mengikat komunitas mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang agama tidak bisa dilepaskan dari konteks sosiokultural di mana ia berkembang. 

Kelompok santri memainkan peran penting dalam memelihara dan menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Kehidupan mereka yang diatur oleh prinsip-prinsip agama memberikan kontribusi signifikan terhadap stabilitas sosial dan budaya masyarakat Jawa. Melalui pendidikan, etika, dan aktivitas komunitas, santri tidak hanya menjaga praktik keagamaan yang ortodoks tetapi juga membentuk aspek-aspek penting dari kehidupan sosial dan budaya di Jawa. 

Kelompok priyayi memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas, serta antara kekuatan lokal dan kolonial. Agama dan budaya menjadi alat yang efektif bagi mereka untuk mempertahankan identitas dan kekuasaan, serta untuk memastikan stabilitas sosial dan politik di Jawa.

Dalam bukunya "Agama Jawa", Clifford Geertz menyoroti juga konflik dan integrasi sosial di antara kelompok abangan, santri, dan priyayi di Jawa. Meskipun ketiganya memiliki praktik keagamaan dan budaya yang berbeda, mereka juga terlibat dalam interaksi yang kompleks yang menciptakan pola-pola konflik dan integrasi. Berikut adalah kesimpulan tentang konflik dan integrasi sosial di antara ketiga kelompok tersebut:

  1. Konflik: Geertz menunjukkan bahwa konflik antara kelompok-kelompok tersebut terkadang timbul karena perbedaan dalam praktik keagamaan dan nilai-nilai budaya. Misalnya, kelompok santri mungkin melihat praktik abangan sebagai bid'ah atau penyimpangan dari ajaran Islam yang benar. Konflik juga bisa muncul dalam konteks politik atau ekonomi, di mana kelompok priyayi mungkin memperebutkan kekuasaan atau sumber daya dengan kelompok lain.


  1. Integrasi Sosial: Meskipun terdapat konflik, Geertz juga menyoroti integrasi sosial yang terjadi di antara ketiga kelompok tersebut. Ada ruang bagi saling pengaruh dan pertukaran antara mereka, baik dalam bentuk adopsi praktik keagamaan atau budaya satu sama lain, maupun dalam bentuk interaksi sosial yang lebih luas. Misalnya, ada priyayi yang mendukung praktik keagamaan abangan atau memiliki hubungan yang baik dengan kelompok santri.


  1. Dinamika Perubahan: Geertz menekankan bahwa konflik dan integrasi sosial di antara ketiga kelompok tersebut merupakan bagian dari dinamika perubahan yang terus menerus terjadi di Jawa. Perubahan sosial, ekonomi, dan politik dapat mempengaruhi hubungan antar-kelompok, kadang-kadang memperkuat integrasi sosial, tetapi kadang-kadang juga memperburuk konflik.

Kesimpulannya, Geertz menunjukkan bahwa meskipun terdapat konflik di antara kelompok abangan, santri, dan priyayi, ada juga ruang bagi integrasi sosial dan pertukaran budaya di antara mereka. Dinamika ini mencerminkan kompleksitas kehidupan sosial dan budaya di Jawa, dan menyoroti pentingnya pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang membentuk identitas dan interaksi antar-kelompok dalam masyarakat Jawa.


Sumber: Geertz, C. (1960). Agama Jawa: abangan, santri, priyayi dalam kebudayaan Jawa. 

Bidang Riset Pengembangan Keilmuan (2024)


Posting Komentar

0 Komentar