Oleh : Syafiq Farkhi*
Manusia pada dasarnya sama ketika baru dilahirkan ke dunia ini, hanya bisa berkomuniksi dengan suara tangisan. Dengan bertambahnya umur, seseorang akan terus berkembang dan belajar....belajar dari alam lingkungan, lingkungan terkecil yaitu keluarga yang membesarkan kita hingga ke universitas kehidupan.
Namun sekarang ini banyak orang beranggapan bahwa yang namanya belajar adalah hanya melalui sekolah-sekolah yang formal belaka, dimana asupan materi yang diberikan berupa penekanan pada aspek kognitif, padahal dalam kehidupan realita perlu asupan-asupan materi lain, seperti afektif maupun psikomotorik.
Manusia pada dasarnya sama ketika baru dilahirkan ke dunia ini, hanya bisa berkomuniksi dengan suara tangisan. Dengan bertambahnya umur, seseorang akan terus berkembang dan belajar....belajar dari alam lingkungan, lingkungan terkecil yaitu keluarga yang membesarkan kita hingga ke universitas kehidupan.
Namun sekarang ini banyak orang beranggapan bahwa yang namanya belajar adalah hanya melalui sekolah-sekolah yang formal belaka, dimana asupan materi yang diberikan berupa penekanan pada aspek kognitif, padahal dalam kehidupan realita perlu asupan-asupan materi lain, seperti afektif maupun psikomotorik.
Materi tentang bagaimana kita bersikap, bagaimana kita bertutur kata, apa yang harus dilakukan dalam menghadapi perubahan lingkungan hal tersebut dapat diperoleh di pendidikan lingkungan (universitas kehidupan), sehingga manusia mampu untuk bertahan hidup, dimana didalam mempertahankan diri bukan hanya berorientasi pada keuntungan semata namun juga mengedepankan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga hingga pada lingkungan terbesar yaitu negara atau bangsa diperlukan pendidikan yang mampu mengakomodir keseluruhan,sehingga menciptakan manusia yang cerdas dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Tidak adanya materi di pendidikan formal tentang bagaimana bersabar, dan bersyukur ataupun materi-materi dalam berinetarksi dengan manusia menjadi kritik tersendiri bagi penyelenggara pendidikan formal. karena kita tahu bahwa sebagai manusia yang tidak bisa terlepas dengan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Tidak adanya materi di pendidikan formal tentang bagaimana bersabar, dan bersyukur ataupun materi-materi dalam berinetarksi dengan manusia menjadi kritik tersendiri bagi penyelenggara pendidikan formal. karena kita tahu bahwa sebagai manusia yang tidak bisa terlepas dengan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Meskipun banyak orang beralibi tentang bangsa ini bodoh dan malas karena peninggalan penjajah perlu koreksi lebih mendalam karena tidaklah mungkin seorang bayi yang baru dilahirkan kedunia memiliki sifat-sifat malas, bodoh, sombong pemarah, kreatif dan lain sebagainya. bukankah itu merupakan hasil cetakan lingkungan sekarang ini? lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat?
Perlunya perhatian khusus dari seluruh masyarakat terkait dengan pendidikan lingkungan, karena ini berpengaruh dengan generasi selanjutnya. universitas kehidupan begitu penting, dimana didalamnya seorang manusia mampu berperan dan berpartisipasi secara langsung baik demi diri sendiri, masyarakat, negara dan agama.
Syafiq Farkhi, Ketua Umum IMM Komisariat Ki Bagus Hadikusumo UNS periode 2008-2009, Kabid Hikmah PC IMM Surakarta periode 2010-2011
Syafiq Farkhi, Ketua Umum IMM Komisariat Ki Bagus Hadikusumo UNS periode 2008-2009, Kabid Hikmah PC IMM Surakarta periode 2010-2011
0 Komentar
Silakan berkomentar, komentar yang tidak sesuai dengan postingan akan di hapus.